Nilai Uluhiyah Dalam Ajaran Ritual Masyarakat
Cikondang
Masyarakat Desa Cikondang adalah
masyarakat yang beragama Islam. Mereka menyembah Allah SWT sesuai dengan apa yang
telah disyariatkan di dalam ajaran Al-Quran dan As-Sunnah. Kepercayaan mereka
utuh sepenuhnya beriman kepada Allah SWT, tanpa menyekutukan-Nya. Di samping
itu, ada hal-hal yang dijadikan sebagai perantara untuk lebih memantapkan
kepercayaannya itu. Di antaranya adalah mereka merayakan sebuah peringatan
tahun baru Islam yang jatuh pada bulan Muharram. Peringatan ini dimulai pada
tanggal 1 sampai malam tanggal 15 Muharram.
Masyarakat Cikondang mempercayai akan
adanya hal yang ghaib, namun mereka tidak melakukan ritual yang ditujukan
kepada yang ghaib tersebut melainkan menjadikan ritual tersebut sebagai perantara
untuk lebih mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mereka melakukan ritual
tersebut dengan dalih meneruskan adat nenek moyang supaya tidak punah, tidak
hilang ditelan oleh kemajuan jaman. Ritual ini dilakukan pada mulanya oleh
nenek moyang Desa Cikondang kemudian selanjutnya dilestarikan oleh masyarakat
setempat. Namun, masyarakat yang dapat bergabung untuk memperingati ritual ini
tidak sembarangan karena harus diikuti oleh orang-orang tertentu yang berasal
dari keturunan asli nenek moyang.
Adapun pendeskripsian ritual tahun
baru Islam adalah warga Desa Cikondang –keturunan nenek moyang- membawa tiga
ayam dengan warna yang berbeda; ayam berwarna putih (bodas), ayam berwarna hitam (hideung),
dan ayam berwarna abu-abu (hawuk). Masing-masing
warna ayam ini memiliki makna filosofi tersendiri. Ayam yang berwarna putih (bodas) bermakna suci, dalam artian ritual
Muharraman tidak boleh diikuti oleh orang yang tidak suci seperti wanita yang
sedang datang bulan. Untuk menghadapi hal-hal yang ghaib saja harus suci,
apalagi jika berhadapan dengan Allah SWT dalam beribadah. Selanjutnya, ayam
yang berwarna abu-abu (hawuk),
memikili makna jangan serakah, tamak, rakus, dan harus berlaku adil. Segala
sesuatu yang manusia miliki, secara hakikatnya adalah milik Allah SWT,
sedangkan manusia hanya diberi amanat maka harus dipergunakan sebagaimana
mestinya dan untuk jalan kemasalahatan. Ayam yang berwarna hitam (hideung) memiliki makna hideng, mampu bekerja tanpa harus
diperintah, memiliki sikap inisiatif dan kreatif untuk bekerja.
Menurut juru kunci Desa Cikondang,
ritual yang dilakukan tidak ada sedikit pun mengarah kepada hal-hal yang
sifatnya musyrik, menyekutukan Allah SWT. Keimanan tetap kepada Allah dan di
sisi lain kita pun harus mengimani hal ghaib, karena hal yang ghaib pun
diciptakan oleh Allah SWT.
Tujuan memperingati tahun baru Islam
ini sebagai mengenang peristiwa-peristiwa luar biasa pada masa para nabi dan
rasul, misalnya Nabi Adam a.s. mendapat ampunan dari Allah SWT, Nabi Ibrahim
a.s. selamat dari bara api, Nabi Musa a.s. selamat dari kejaran Raja Fir’aun,
dan lain sebagainya. Selanjutnya, sebagai bukti rasa syukur kepada Allah SWT.
Firman-Nya:
Artinya: “Dan (ingatlah juga),
tatkala Tuhanmu memaklumkan; ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’.” (Q.S. Ibrahim: 7).
Di
Desa ini, ada angka keramat yakni angka 3 yang mengandung makna: hubungan
manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan hubungan
manusia dengan alam. Hubungan manusia dengan Allah SWT yakni dengan cara
beribadah kepada Allah mengharap keridhaan-Nya. Hubungan manusia dengan manusia
lainnya yakni berinteraksi sosial tanpa ada penyakit hati seperti dengki,
hasud, iri, dan lain sebagainya yang bisa memperpecah tali silatrahmi antar
warga Desa Cikondang. Hubungan manusia dengan alam yakni masyarakat Desa
Cikondang harus menjaga alam dengan sebaik-baiknya jangan merusak karena
kebanyakan manusia melakukan eksploitasi terhadap kekayaan alam yang akhirnya
menimbulkan kerusakan di muka bumi. Sebagaimana firman Allah SWT:
Artinya: “Telah nampak kerusakan di
darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).” (Q.S. Ar-Ruum: 41).
Prinsip kehidupan dengan angka 3 di
atas akan mengantarkan kehidupan manusia selamat dunia dan akhirat. Di samping
itu juga, angka 3 mengandung makna Tekad, Ucap, dan Lampah. Tekad seorang
manusia terletak di dalam hati, kemudian ucap terletak di dalam lisan dan
lampah terletak pada perbuatan. Hal ini senada dengan konsep iman berikut ini.
Artinya: “Iman adalah meyakini dengan hati,
diucapkan dengan lisan dan dilakukan dengan amal perbuatan”.
Ritual keagamaan di bulan muharram, dan
keramat angka 3 sangat sinkron dengan ajaran agama Islam. Ini dapat dijadikan
ibrah sebagai prinsip kehidupan manusia. Islam mengajarkan pribadi yang suci
yang kreatif dan inisiatif dalam bekerja juga melarang manusia agar tidak
memiliki sikap serakah yang mencelakakan. Kesemuanya itu dapat direalisasikan
dengan cara berhubungan baik dengan Allah SWT, dengan manusia dan dengan alam.
0 komentar:
Posting Komentar