Psikologi Humanistik

Abraham Maslow


Sejarah
Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme seta dipandang sebagai ”kekuatan ketiga” dalam aliran psikologi.
Psikoanalisis ”Sigmun Freud” menyatakan bahwa berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Psikoanalisis berkeyakinan bahwa prilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dalam diri. Behaviorisme ”Ivan Pavlov” menyatakan bahwa semua prilaku dikendalikan oleh faktor eksternal dari lingkungan.[1]
Tokoh
Abraham Maslow, lahir pada tanggal 1 April 1908 dan meninggal pada tanggal 8 Juni 1970, yaitu pada umur 62 tahun. Ia adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologihumanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orang tua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia bertumbuh di perpustakaan di antara buku-buku. Awalnya ia kuliah hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat kuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D. pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ketiga" di samping teori Freud dan behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year.
Definisi
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis (Misiak dan Sexton, 2005).
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
1.    Psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
2.    Psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.
3.    Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan psikoterapi.
Dalil-dalil
1.    Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen
2.    Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya
3.    Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
4.    Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya
5.    Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas
Humanistik Abraham Maslow memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki manusia, hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang. Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal, yaitu:
1.    Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2.    Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Menurut Maslow, setiap orang memiliki rasa takut, seperti takut untuk berusaha atau berkembang, takut mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah dimiliki, dan sebagainya. Tetapi hal itu mendorongnya untuk bisa maju ke arah kesempurnaan, kepercayaan diri dan pada saat itu juga dia dapat menerima diri sendiri.
Mengenai kebutuhan manusia, Maslow membaginya menjadi bermacam-macam hierarki.
Kebutuhan Fisiologis
Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti: makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks.
Kebutuhan akan Rasa Aman
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi, dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.
Kebutuhan akan Rasa Kasih Sayang
Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan, dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.
Kebutuhan akan Harga Diri
Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Ahli psikologi humanistik, mencoba untuk membuka diri, seakan-akan diri selalu berada di bawah apa yang tampak. Integritas diri dipertahankan secara mandiri dalam hubungan sosial.[2]
Kelemahan
Kelemahan psikologi humanistik terletak pada visi tentang manusia yang bercorak pelagianistik. Rasa bangga dan kepercayaan diri yang dikembangkan dalam psikologi humanistik menaruh harapan pada kekuatan manusia sendiri. Ironisnya, hal itu sering membuat manusia merasa hampa karena manusia tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri.[3]
Beberapa pengritik menilai bahwa spikologi humanistik merupakan pengganti agama yang bersifat sekuler dari pada suatu psikologi ilmiah. Orang-orang lain berpendapat bahwa sumbangan para humanis untuk dasar-dasar empiris psikologi tidak sepadan dengan tulisan-tulisan mereka yang spekulatif. Beberapa psikolog menuduh para humanis menerima sebagai kebenaran atas hal yang masih bersifat hipotetik, mencampurkan teori dengan ideologi menggabungkan retorik dengan penelitian. Terlepas dari kritik-kritik yang ditujukan pada psikologi yang dipertahankan Maslow, ada sejumlah besar psikolog yang tertarik pada segi pandangan ini karena ia berusaha menggumuli persoalan-persoalan manusia yang sangat penting dan kontemporer.[4]
 Perkembangan
Perkembangan psikologi humanistik tidak lepas dari pandangan psikologi holistik dan humanistik. Perkembangan aliran-aliran behaviorisme dan psikoanalisis yang sangat pesat di Amerika Serikat ternyata merisaukan beberapa pakar psikologi di negara itu. Mereka melihat bahwa kedua aliran itu memandang manusia tidak lebih dari kumpulan refleks dan kumpulan naluri saja.
Mereka juga menganggap kedua aliran itu memandang manusia sebagai makhluk yang sudah ditentukan nasibnya, yaitu oleh stimulus atau oleh alam ketidaksadaran manusia. Dan yang tidak kalah penting, mereka berkesimpulan bahwa kedua aliran itu menganggap manusia sebagai robot atau sebagai makhluk yang pesimistik dan penuh masalah.


[1] Kompasiana, 2010, Psikologi Humanistik, (sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/01/psikologi-humanistik/), diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.
[2] Dennis Fox dan Isaac Prilleltensky, Psikologi Kritis, (Mizan), hal. 310.
[3] Albertus Sujoko, Identitas Yesus & Misteri Manusia: Ulasan Tema-tema Teologi Moral Fundamental, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hal. 403.

[4] Calvin S Hall dan Gardner Lindzey, Theories of Personality “Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologi”)”, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hal. 118.