Individualime Dan Q.S. Al-Maidah Ayat 2


Individualisme merupakan satu falsafah yang mempunyai pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggungjawab dan kebebasan sendiri. Seorang individualis akan melanjutkan pencapaian dan kehendak pribadi. Mereka menentang campur tangan yang sifatnya eksternal baik itu datangnya dari masyarakat, negara dan semacam badan atau kumpulan ke atas pilihan pribadi mereka. Oleh karena itu, individualisme menentang segala pendapat yang meletakkan matlamat sesuatu kumpulan sebagai lebih penting dari matlamat seseorang individu yang dengan sendiri adalah asas kepada mana-mana badan masyarakat.
Individualisme juga merupakan sebuah faham yang mengusung tentang ke-aku-an. Dilihat dari konteksnya, individualis ini cenderung tidak peduli terhadap keadaan di sekelilingnya, dan merasa paling benar atas apa yang ia lakukan.
Dapat kita lihat dan telusuri dari berbagai pergerakan Islam atau organisasi Islam yang berkembang saat ini. Berteriak-teriak, menggembor-gemborkan suatu hal yang mereka anggap benar namun di lain pihak hal demikian tidaklah patut untuk didemonstrasikan. Mengapa demikian? Karena hal tersebut hanya akan memenuhi jumlah masyarakat yang berjejal di jalanan. Selain akan menimbulkan macet total, juga sebagian orang awam akan memandang bahwa Islam identik dengan demonstrasi.
Pada hakikatnya, individualisme ini menentang akan adanya ikatan dari pihak mana pun. Merasa ingin merdeka, dan serasa dirinya dijajah. Sehingga, secara tidak langsung ia berontak akan keterkungkungan dirinya dengan berbagai aturan tersebut dan menerapkan individualisme di dalam dirinya. Dengan kata lain ia menjunjung tinggi nila-nilai hak asasi manusia. Terkadang tidak peduli dengan sikapnya yang destruktif terhadap orang lain, “Yang Penting Happy” dan juga “Gimana Gue”…
            Individualisme ini sangat bersebrangan dengan konsep Islam yang bermaktub di dalam kitab suci Al-Quran. Bahwa Allah SWT telah berfirman:
 
Artinya: “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran…. (Q.S. Al-Maidah: 2).
Islam mengajarkan tentang tata cara hablum minannaas (bagaimana berinteraksi dengan manusia) tanpa mengurangi hak dan kewajiban mereka. Sehingga, sikap individualisme ini tidak sejalan dengan ayat yang di atas. Bahwa sesama umat Islam haruslah tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, bukan tolong menolong dalam berbuat dosa serta pelanggaran.

Referensi:
http://ms.wikipedia.org/wiki/Individualisme

Proses Pengembangan Masyarakat Islam "Development Islamic Community"

Proses Pengembangan Masyarakat Islam

Mayoritas masyarakat Indonesia adalah orang Islam. Sayang sekali, mayoritas orang Islam adalah rakyat mskin. Sebagai contoh, ada sekitar 80 juta jiwa penduduk muslim yang miskin. (Kompas, 7 Agustus 1998 dan Republika, Desember 1998).
Rasulullah saw. telah bersabda bahwa kemiskinan dapat menjadikan kekufuran. Ali Ibn Thalib pun berkata bahwa kemiskinan adalah kematian yang sangat besar.
Untuk meminimalisir kemiskinan di kalangan orang Islam, harus dilakukan langkah dan langkah tersebut adalah Pengembangan Masyarakat Islam. Pengembangan Masyarakat Islam merupakan model empiris untuk pengembangan individu dan kolektif dalam dimensi amal shaleh. Objek dari individual adalah setiap orang Islam dengan orientasi sumber daya manusia. Objek kolektif adalah kelompok atau masyarakat Islam dengan orientasi pengembangan sistem masyarakat. Objek konstitusional adalah organisasi Islam dan institusi sosial dengan orientasi pengembangan kualitas dan institusi Islam.
Kegiatan Pengembangan Masyarakat Islam meliputi kegiatan pokok. Sebagai contoh, transformasi dan institusi Islam untuk direlisasikan di dalam Islam.
1.      Penyampaian konsepsi Islam mengenai kehidupan sosial, ekonomi, dan pemeliharaan lingkungan.
2.      Melaksanakan stabilisasi kelembagaan dan menyiapkan masyarakat untuk membangun secara mandiri.
3.      Mendampingi dalam memecahkan problema sosial, ekonomi dan lingkungan masyarakat.

Di era globalisasi, ada hal sangat besar dan mendasar: ekonomi, politik, dan budaya. Di lingkup ekonomi, adanya perdagangan bebas dan kerjasama regional dan internasional. Perubahan struktur ekonomi dapat merubah kehidupan masyarakat. Di lingkup politik, proses globalisasi adalah proses demokrasi, sedangkan dalam lingkup budaya adanya gelombang besar dan itu adalah budaya global.
Menurut pendapat Druker jika ekonomi, politik dan budaya tidak dijalankan, masyarakat Islam akan jatuh menjadi proletariat-ploretariat yang hidup di zaman modern.

Pengembangan Masyarakat Islam "Development Islamic Community"


Prosses of Development Islamic Community[1]

The mayority of people in Indonesia are Muslim. Unfortunately, the mayority of Muslims are poor. For example, there are about 80 millions of poor people. (Kompas, 7 August 1998 and Republika, Desember 1998).
Rasulullah saw. told us that destinution can be unbeliever. And Ali Ibn Thalib also told that destitution is biggest dead.
To minimize destitution, in Muslim, must to do step and it is Development Islamic Community. Development Islamic Community is model  empirical to develop individual and collective in good deed dimension. Object individual is every Muslim with orienty of effort human resource. Object collective is group or Muslim group with orienty of develop system community. Object constitutional is Islamic organization and institution social with orienty of development quality and Islamic institution.
Activity of Development Islamic Community include basic activity. For example, transformation and Islamic institution to realize of Islam.
1.      Delivery concepts of Islam about social life, economy, and maintance area.
2.      Stabilitacy institution and prepare community to establish independently.
3.      To guide a solve about social problem, economy and community area.

In globalization, there are biggest and basic alteration: economy, politic, and culture. In economy area, there are free trade and coorporate regional and international. Alteration of structural economy can change life community. In politic area, prosses of globalization is prosses of democrate, whereas in culture area there is big wave and it is global culture.
According Druker’s  opinion that if economy, politic and culture have not done, Islam community will down be the proletariats who life in modern periode.



[1] Referensi: Dra. Nanih Machendrawaty, M. Ag., Agus Ahmad Safei, M. Ag. 2001. Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Manusia Prspektif Imam Ghazali


Tipe Manusia Dari Sudut Pandang Imam Ghazali
Kita hari ini adalah refleksi dari kita yang kemarin. Kita yang akan datang adalah refleksi dari kita yang saat ini. Demikianlah kehidupan manusia, semua akan terjadi proses sebab akibat atau kausalitas. Manusia dituntut untuk terus berkreasi, berinovasi di era yang penuh pembaruan dan persaingan ini. Pun harus memiliki targetan hidup dalam menyelami sepak terjang kehidupan.
Segala macam cara ditempuh untuk sesuap nasi. Bahkan, mengemis pun dijadikan profesi. Ironi sekali melihat potret buram yang terjadi di negeri ini. Adalah mereka yang tidak mendapatkan kesempatan baik seperti kebanyakan orang yang menikmati pekerjaannya.
Padahal, manusia telah diberikan berbagai potensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Justru, di sini manusia dituntut untuk berusaha dalam mengolah potensi yang dilimpahkan kepadanya oleh Dzat Yang Maha Pemurah. Namun, memang manusia terkadang tidak sadar akan kemampuan yang melekat dalam jiwanya. Hal ini seperti yang dirangkum oleh Imam Al-Ghazali di dalam Ihya ‘Ulum Ad-Din, bahwa tipe manusia dibagi menjadi 4 jenis.
Pertama, orang yang tahu bahwa dirinya tahu, maka ikutilah. Adalah orang yang sadar akan kemampuan ataupun potensi yang ia miliki maka ikutilah ia karena sesungguhnya orang yang berilmu akan selalu memberikan manfaat kepada orang lain.
Kedua, orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, maka bimbinglah. Adalah orang yang sadar akan kekurangan dirinya. Tipe orang seperti ini harus dibimbing agar tidak salah jalan.
Ketiga, orang yang tidak tahu bahwa dirinya tahu, maka sadarkanlah. Adalah orang yang tidak sadar akan kelebihan dirinya. Tipe ini harus disadarkan, karena ia merupakan aset pembaharu dan agent of change.
Keempat, dan ini adalah terakhir, yakni orang yang tidak tahu bahwa dirinya tidak tahu, maka jauhilah. Adalah orang yang tidak sadar akan kekurangan dirinya. Ia merasa paling benar, paling cerdas, padahal seperti tong kosong nyaring bunyinya. Na’udzubillah min dzalik.
Dari uraian keempat tipe manusia di atas, menunjukkan tingkat keselektifan kita dalam berinteraksi sosial. Juga bersyukur atas limpahan karunia Allah SWT, dengan memanfaatkan potensi dalam diri kita sebaik mungkin dan tidak hanya untuk kepentingan pribadi melainkan juga untuk kepentingan sosial.