Esensi Al-Quran


MENELUSURI KEHIDUPAN KUPU-KUPU

A.      Penciptaan Kupu-kupu
Rekaman fosil menunjukkan bahwa kupu-kupu telah berada di bumi ini setidaknya sejak 40-50 juta tahun yang lalu. Meskipun begitu, masih banyak hal tentang kupu-kupu yang belum dipahami sepenuhnya dan menjadi misteri. Yang kita tahu dengan pasti, siklus hidup kupu-kupu yang lengkap terdiri dari empat tahap yang meliputi telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan akhirnya kupu-kupu dewasa. Dan ternyata, dalam setiap tahapan kehidupan hewan ini, terdapat kisah menarik tersendiri yang sayang untuk kita lewatkan. Berikut proses yang terjadi ketika ulat bermetamorfosis menjadi kupu-kupu.
Telur
Hal menarik pada binatang yang satu ini dapat dijumpai ketika mereka masih berupa telur. Kupu-kupu akan tertarik pada jenis tanaman tertentu, dan kupu-kupu betina akan bertelur pada jenis tanaman di mana tempat ulat makan. Telur kupu-kupu biasanya akan dilekatkan ke bagian bawah daun dengan zat yang berfungsi sebagai lem yang sangat kuat. Sampai saat ini, tidak diketahui bagaimana struktur dan bahan kimia yang membentuk lem tersebut. Tetapi lem ini bekerja dengan sangat baik, bahkan ikatan telur dan daun yang dibentuk oleh lem ini jauh lebih kuat dibanding telur dan daun itu. Tahapan telur ini dapat berlangsung dari beberapa minggu, sampai beberapa bulan, sebelum akhirnya menetas dan menjadi larva.
Ulat
Larva atau ulat akan menetas dari telur sekitar enam hari kemudian. Makhluk-makhluk kecil ini sangat rakus dan dengan cepat menggerogoti setiap daun yang dilihatnya. Pada masa ini, pertumbuhan ulat sangat luar biasa cepat, sehingga ia akan berganti kulit beberapa kali untuk menyesuaikan tubuhnya berubah menjadi ukuran yang lebih besar. Pada akhir siklus ini, ulat akan memiliki panjang sekitar 5 cm. Ulat akan mengeluarkan hormon-hormon tertentu, yang menandakan ulat tersebut melanjutkan hidupnya ke tahapan selanjutnya yaitu berubah menjadi kepompong.

Pupa (Kepompong)
Ulat kemudian akan membentuk sebuah cangkang kecil yang disebut dengan kepompong. Kepompong dapat dibuat oleh ulat dari dua buah daun yang dibungkus benang sutra atau kepompong yang sepenuhnya dibuat dari benang sutra. Di dalam pupa, ulat memulai proses yang menakjubkan untuk berubah menjadi kupu-kupu dewasa. Tahap ini rata-rata akan berlangsung selama dua belas hari.
Pada tahap ini, ulat mulai melepaskan enzim yang akan mencerna semua bagian tubuhnya sendiri. Sehingga, yang tersisa di dalam kepompong hanya berupa semacam cairan yang sangat kaya akan nutrisi yang berguna untuk perkembangan menjadi kupu-kupu. Pada tahap kehidupan ini, ada beberapa fakta menarik yang berhasil diketahui melalui penelitian yang dilakukan di Georgetown University. Penelitian tersebut menemukan bahwa kupu-kupu masih memiliki beberapa ingatan yang mereka miliki ketika mereka masih menjadi ulat.
Proses metamorfosis dari ulat menjadi kupu-kupu ini membutuhkan jumlah energi yang sangat besar. Hal ini dibuktikan oleh fakta bahwa berat kupu-kupu dewasa ketika pertama kali muncul hanya sekitar setengah dari berat waktu sekitar 3 hari setelah kepompong terbentuk.
Kupu-Kupu
Setelah proses metamorfosis selesai, kupu-kupu akan menggunakan cairan khusus yang diformulasikan untuk melunakkan kepompong. Kepompong yang melunak akan terlihat transparan, ketika kepompong telah melunak, mereka menggunakan cakar tajam mereka untuk merobek kepompong dan keluar dari sana. Setelah mereka keluar, mereka akan memulai proses pengembangan, pengerasan dan pengeringan sayap dan menyesuaikan diri dengan tubuh baru mereka. Proses ini dapat berlangsung beberapa jam dan saat ini adalah saat ketika kupu-kupu sangat rentan karena mereka tidak dapat terbang dan sama sekali tidak memiliki bentuk pertahanan apa pun.

B.       Penyerbukan Bunga oleh Kupu-kupu
Firman Allah SWT:
   
Artinya: “Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (Q.S. Al-Hijr: 22).
Penyerbukan adalah proses jatuhnya serbuk sari ke kepala putik. Butir serbuk/serbuk sari yang jatuh menempel pada kepala putik kemudian membentuk buluh serbuk (2 inti, inti vegetatif dan inti generatif) berjalan ke arah mikropil (pintu kandung lembaga) inti generatif membelah menjadi 2 inti sperma sampai di mikropil, inti vegetatif mati, satu inti sperma membuahi sel telur menghasilkan embrio. Satu inti sperma lain membuahi inti kandung lembaga menghasilkan endosperma (makanan cadangan bagi embrio).
a.    Perantara angin disebut anemogami, dapat terjadi bila butir serbuknya amat ringan, kecil dan kering. Contoh : pada pinus, damar, rumput-rumputan.
b.   Perantara air disebut hidrogami. Contoh : pada tanaman air.
c.    Perantara hewan disebut zoogami. Bila serangga disebut entomogami, burung disebut ornitogami, siput disebut malakogami, kelelawar disebut kiroptorogami.
d.   Perantara manusia disebut antropogami. Contoh : penyerbukan vanilli di Indonesia.
Menurut asal serbuk sari, penyerbukan dibedakan menjadi 4:
a.    Autogami (penyerbukan sendiri)
Serbuk sarinya berasal dari satu bunga yang sama. Bila terjadi pada saat bunga belum mekar disebut kleistogami.
b.   Geitonogami (penyerbukan tetangga)
Bila serbuk sari berasal dari bunga lain yang berada dalam satu pohon (satu individu).
c.    Alogami (penyerbukan silang) Bila serbuk sari berasal dari bunga pohon lain yang masih satu spesies.
Kupu-kupu  dikenal sebagai serangga penyerbuk tanaman yang membantu bunga-bunga berkembang menjadi buah. Sehingga bagi petani dan orang pada umumnya, kupu-kupu ini sangat bermanfaat untuk membantu jalannya penyerbukan tanaman. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah hadits, "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak mamfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim).

C.      Ibrah dari Kehidupan Kupu-kupu
Sepenggal Pelajaran dari Kupu-kupu
Suatu hari ada seorang anak laki-laki sedang memperhatikan sebuah kepompong. Ternyata didalamnya ada kupu-kupu yang sedang berjuang untuk melepaskan diri dari dalam kepompong. Kelihatannya, begitu sulit…
Si anak laki-laki tersebut merasa kasihan pada kupu-kupu tersebut dan berpikir bagaimana cara untuk membantu si kupu-kupu agar bisa keluar dengan mudah. Akhirnya si anak laki-laki tadi menemukan ide dan segera mengambil gunting, membantu memotong kepompong agar kupu-kupu bisa segera keluar dari sana.
Alangkah senang dan leganya si anak laki-laki tersebut. Tetapi apa yang terjadi? Si kupu-kupu memang bisa keluar dari sana, tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat terbang, hanya dapat merayap. Apa sebabnya? Ternyata bagi seekor kupu-kupu yang sedang berjuang dari kepompongnya tersebut, yaitu pada saat dia mengerahkan seluruh tenaganya, ada suatu cairan di dalam tubuhnya yang mengalir dengan kuat ke seluruh tubuhnya yang membuat sayapnya bisa mengembang sehingga ia dapat terbang.
Ttetapi karena tidak ada lagi perjuangan tersebut, maka sayapnya tidak dapart mengembang sehingga jadilah ia seekor kupu-kupu yang hanya dapat merayap. Kadangkala niat baik kita belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Sama seperti pada saat kita mengajar anak kita. Kadangkala kita sering membantu mereka karena kasihan ataupun rasa sayang, tapi sebenarnya malah membuat mereka tidak mandiri. Membuat potensi dalam dirinya tidak berkembang. Mematikan kreativitas, karena kita tidak tega melihat mereka mengalami kesulitan, yang sebenarnya jika mereka berhasil melewatinya, mereka justru menjadi 'kuat'.
Demikian juga pada saat kita harus berjuang menghadapi sesuatu yang sulit, jangan terburu-buru mengharapkan bantuan orang lain, berjuanglah dahulu dengan mengerahkan segala kemampuan kita, justru itu akan membuat diri kita kuat.
Hidup penuh dengan perjuangan yang harus kita lewati,
Supaya 'sayap' kita bisa terkembang dengan sempurna. Untuk kita pakai 'terbang' melewati masalah kita.
Ibrah dari Proses Metamorfosis
Belajar dari ulat. Ulat yang berpuasa untuk bermetamorfosis menjadi kupu kupu.
Ulat merupakan makhluk yang menjijikkan, kemudian berubah menjadi kupu-kupu. Dengah harapan selepas berpuasa, menjadi mahluk yang hangat dan menyenangkan, mahluk yang dirindukan, mahluk yang dinantikan hadirnya, mahluk yang indah dan , mahluk yang mempesona, menjadi mahluk yang lebih bisa memberi manfaat kepada sebanyak banyak mahluk lainnya.
Belajar dari kepompong. Setelah matang menjalani kehidupan sebagai ulat, ia pun mencari tempat yang aman dan berubah menjadi kepompong. Badannya terbujur kaku menggantung di dahan atau dedaunan. Ia tak peduli walau siang hari panas terik menyengatnya dan malam hari dingin menusuknya. Bahkan tak jarang hujan dan badai menerpanya. Ia tetap kokoh ditempatnya bersemedi untuk berubah menjadi diri yang baru, diri yang penuh pesona keindahan.
Belajar dari kupu-kupu. Beberapa waktu kemudian, akhirnya keluarlah ia dari kepompongnya menjadi diri yang sama sekali baru, indah memukau dengan sayap barunya dan tubuh yang cantik, jauh beda dari wujudnya semula. Dan kini ia telah memiliki keahlian baru, yakni bisa terbang! Lalu ia pun terbang berkelana mencari kuntum-kuntum bunga yang indah untuk menghisap sari bunga dan menebarkan telur-telur penerus kehidupannya.
Begitulah metamorfosis seekor kupu-kupu; dari telur ia menetas jadi ulat, dari ulat ia menempa diri dalam kepompong, dan dari kepompong lalu lahirlah kupu-kupu yang indah menawan. Tahap kehidupannya ia jalani dari generasi ke generasi tanpa ada satu tahap pun yang dapat ia lompati. Tak ada seekor kupu-kupu mana pun yang langsung menetas dari telur, melainkan keluar dari kepompongnya.


Kesimpulan
Menelusuri kehidupan kupu-kupu, manusia dapat mengambil ibrah dari proses metamorfiosis kupu-kupu. Antara lain:
1.      Perubahan diri
2.      tetap melangkah dan yakin tujuan akhir perjalanan ini.
3.      Bersabar dalam tempaan hidup
4.      Tidak ada yang akan merubah diri dan keadaan kita melainkan diri kita sendiri. Dalam kitab suci-Nya, Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadan yang ada pada diri mereka sendiri.”
5.      Berdo’a, memohon petunjuk dan pertolongan pada Allah SWT.



Sumber:



Love Story


Undang-Undang Siti Nurbaya

Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu, bak semilir angin meniupkan layar perahu di samudra biru.  Aku melihat secarik kartu identitas dengan nama Nadya Khoerunnisa, aku tersenyum dan sedikit bangga dengan title mahasiswi UIN SGD Bandung.
Anak kampung dari Kota Nanas – Subang - yang manja, kini harus melawan kerasnya kehidupan di kota Bandung. Jika aku tak ingat punya Allah, Na’udzubillah, mungkin aku sudah terperosok ke limbah nista. Kehidupan di kota memang sangat menggoda iman. “Alhamdulillah ya Rabb, aku masih memiliki benteng kuat dari lantunan ayat-ayat-Mu”, batinku, “Semoga aku mampu beristiqamah di jalan-Mu.”
Meski ku rapuh dalam langkah… nada hp-ku berdering demikian syahdunya. Aku bergegas mengambilnya di samping tas hitam yang mulai lusuh. Tas ini lah yang setia menemaniku ke mana pun aku pergi khususnya pergi ke kampus. “Umi???”, senang rasanya jika nama ini yang muncul di LCD Nexian Hitam-ku.
“Assalamu’alaikum, Mi!”
“Wa’alaikumsalam Nadya!”
“Umi gimana kabarnya?”
“Alhamdulillah Umi sehat. Putri Umi sehat?”
“Alhamdulillah baik juga. Abi ada?”
Umi diam. Tiba-tiba terdengar suara yang sedang batuk-batuk.
“Umi, Abi sakit ya?”
“E..nggak sayang. Abi sehat, beliau sedang istirahat.”
“Yang barusan batuk-batuk siapa?”
“O, iya! Kapan Nadya pulang?”, Umi mengalihkan arah pembicaraan.
“Insya Allah bulan depan, Mi. Nadya lagi sibuk, banyak tugas.”
“Sudah 2 bulan kau tidak pulang, Nak. Apa kau tidak rindu sama Umi dan Abi?”
“Bukan begitu Umi. Nadya kangen banget tapi masih sibuk, Insya Allah bulan depan Nadya pulang ko….”
“Bagaimana kalau minggu depan?”, pinta Umi.
Aku tak kuasa menolak permintaan Umi. Rasa rindu ini tengah membuncah di hati. Tapi, di sebelahku tumpukan buku sedang menanti, seakan menatapku sinis jika aku sengaja meninggalkan mereka. “Emmm, bagaimana ya ini?”, batinku. Otakku berputar mencari jalan keluar.
“Aku harus bergadang.”
“Kenapa sayang?”
“E..enggak Mi, iya minggu depan Nadya pulang.”
“Nanti ada yang jemput ke asrama.”
“Siapa?”
“Minggu depan paman mau ke Bandung, katanya mau lihat-lihat asrama Nadya. ‘Kan Si Bungsu mau kuliah di Bandung juga, biar deket sama Nadya nanti ada yang jaga.”
“Iya Mi siap!”
“Ya sudah nanti H min. 1 dihubungi lagi ya sayang.”
“Iya Umiku yang cantik.”
“Umi mau ke mesjid dulu ya, ibu-ibu pengajian udah nunggu jangan lupa dluha sama tahajudnya istiqamah ya sayang.”
“Iya Ibu Kyai”, diiringi tawa kecil.
“Anak Umi ada-ada aja nih. Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam.”
Klik, telepon  terputus. Aku mengambil binder biru di atas tumpukan Tafsir Ibnu Katsir. Di lembar pertama, ku dapati fhoto Abi. Gagah sekali, berpakaian batik coklat. Sedang berpidato di MA Nurul Hidayah, Subang. Semakin lama ku pandangi sosok pahlawan itu, semakin besar hasrat untuk segera kembali ke rumah. Sayangnya aku tidak membawa fhoto Umi, karena fhoto Umi disimpan di ruang TV. Bola mataku tak bisa diam, melirik ke arah fhoto Abi dan ke arah tumpukanTafsir.
“Tadi yang batuk siapa ya? Jangan-jangan Abi. Jadi...Abi sakit?”, parasku berubah sedih. Namun aku segera menggubris perasaan itu dengan berprasangka baik. “Mungkin Abi sedang makan tapi keselek.”, sangkaku mengusir kekhawatiran. “Aku yakin Allah selalu memberikan kesehatan untuk Abi”.
Lelah rasanya badanku. Aku tak boleh bermanja-manja. Semua yang berhubungan dengan tugas perkuliahan harus segera diselesaikan. Aku tak ingin Umi kecewa mendengar putrinya tak bisa pulang mengobati rindu. “Bismillaahirrahmaanirrahiim”, ku ambil laptop saudaraku di lemari. Tentunya setelah meminta izin terlebih dahulu. Jari-jariku menari di atas keyboard. Supaya tidak jenuh, ku nyalakan winamp yang memuat lagu-lagu pop dan nasyid.
***
Allahu Akbar Allahu Akbar…Allahu Akbar Allahu Akbar…
Terdengar kumandang adzan dari atas menara mesjid Al-Mubarak. Terlebih dahulu aku men-turnoff laptop dan lekas ke hammam[1] mengambil air wudlu. Selepas salam, aku mengambil mushaf kecil berwarna biru yang sudah berusia 9 tahun. Tepatnya ketika aku duduk di bangku sekolah dasar kelas V mushaf itu jatuh ke tanganku.
Tak sabar jari-jari ku untuk kembali menari, laptop langsung ku sambar.  “Bismillaahirrahmaanirrahiim”. Satu per satu tombol keyboard ku sentuh. Hatiku berbisik, “Tugas harus selesai, tugas harus selesai. Umi dan Abi menantimu,”. Ini membuatku lebih bersemangat lagi. Hanya saja, aktivitas ini harus ku hentikan karena aku harus ke masjid Al-Mubarak untuk mengikuti pengajian Qawaidul Lughah Arabiyyah oleh K.H. Tantan Taqiyudin Lc., beliau adalah pimpinan pondok pesantren Al-Ihsan, Cibiruhilir-Bandung. Bersama teman se-kamar dan se-asrama, kami menyusuri jalan menuju majlis ilmu.
Pelajaran ini sangat aku sukai, walaupun tidak begitu bisa. Aku memang menyukai bahasa Arab, ditambah didukung oleh Bapak K.H. Tantan Taqiyudin Lc. yang santai dalam menyampaikannya. Jam menunjukkan pukul 17.00, Bapak Kyai Haji mengakhiri pertemuan dengan ucapan hamdalah dan do’a kifarat masjid.
Para santri keluar dari masjid, ada yang kembali ke asrama, ada yang tergesa-gesa pergi ke warnet, juga yang berkunjung ke warung nasi untuk membeli idam[2]. Aku termasuk golongan yang ke-3, pergi ke warung nasi. Tiba di asrama, ku santap lauk juga sayur dengan lahap. Beginilah kehidupan santri, nasi satu piring saja dimakan 2 sampai 3 orang. Menurut sebagian, ini dilakukan dengan tujuan susah senang bersama malah ada yang bilang lebih romantis jika nasi satu piring tapi yang makannya rombongan. Celingak-celinguk aku mencari hp. Akhirnya dapat. Kulihat ada 3 pesan. Pesan yang pertama dari teman se-kelas ku Abdul Aziz namanya. Kebetulan ia satu kelompok di mata kuliah Tafsir.
Assalamu’alaikum ukhti, bagaimana tugas tafsir? Sudah selesai? Bagaimana kalau besok ngerjainnya bareng di masjid UIN? Notebook-nya ada di ana.
Aku menekan reply untuk membalas.
Wa’alaikumsalam belum beres akhi. Iya Insya Allah.
Pesan berikutnya dari Resita, santri asrama 2.
            Assalamu’alaikum bu ana mau ikut makan di asrama 6.
            Ku rasa pesan dari ibu yang bercita-cita jadi presiden ini tidak perlu dibalas.
            Pesan yang terakhir dari Ustadz Khaerul Umam, M.Pd.I., seorang pengelola pondok pesantren Nurul Hidayah.
            Salam kumaha pun rayi damang?[3]
            Dahiku mengerut, kenapa ustadz ini sms dengan kata “pun rayi”[4]. Mungkin beliau salah kirim. Hatiku bertanya-tanya. Sudahlah, aku tak ingin dipusingkan dengan masalah ini. Aku sangat menghargai beliau, pesan yang singkat ku kirimkan.
            Wa’alaikumsalam Alhamdulillah sae. Kumaha A Umam sakulawargi daramang?[5]
            Beberapa menit kemudian, ada balasan dari beliau.
Alhamdulillah A Umam sakulawargi damang.[6]
            Ku kirimkan balasan yang ke-2
            Nuhun atuh A, upami daramang mah.[7]
            Beliau tidak membalas lagi sms. Rasa penasaranku ternyata masih ada, kenapa beliau panggil “pun rayi”? Tidak ada tanda-tanda beliau salah kirim sms. Buktinya tadi fine-fine aja sms-nya nyambung. Pikiranku melanglang buana. Ada sedikit perasaan bahagia di sudut hati ini. Why not? Beliau adalah orang hebat. Emmm…terus punya adik ikhwan yang bisa dikatakan ganteng. Diam-diam aku menyukainya.
Sebenarnya, perasaan ini telah bersemayam ketika aku masih mengenyam ilmu agama di pondok pesantren Nurul Hidayah. Sebelumnya, aku berkaca siapa aku ini. Aku bukan orang yang patut diistimewakan di depannya yang super istimewa. “Astagfirullah”, aku jadi malu sendiri. Tak sepatutnya rasa ini muncul ke permukaan hati namun tetap saja tidak bisa dibohongi bahwa aku terkena syndrome pink. Biarlah jodoh telah diatur oleh Allah.
***
            Akhirnya waktu yang dinanti pun tiba, yaitu pulang kampung. Senang rasanya, tugas selesai dan kini bisa pulang ke rumah dengan tenang. Hari ini tepatnya adalah hari Kamis. Aku sudah meminta izin kepada pihak pimpinan pesantren untuk pulang ke Subang. Alhamdulillah beliau mengizinkan. Beliau memang sosok pemimpin yang pengertian dan perhatian terhadap santri-santrinya.
            Setelah semua yang dibutuhkan dirapikan ke dalam tas. Aku pamit kepada teman-teman di kamar. Mereka sangat baik dan perhatian, mendo’akan agar aku selamat sampai tujuan. Aku menunggu paman yang janji akan menjemput di depan Gedung Ganesha. Malu rasanya, ternyata paman sudah tiba lebih awal. Aku bersalaman dengan paman.
“Neng makin cantik aja.”
“Ah paman…Si Bungsu juga cantik”, aku tersipu malu.
Tiba-tiba sosok ikhwan keluar dari Honda Jazz Hitam pamanku. Dia tersenyum padaku. Aku hampir tak berkedip, tanpa sadar aku mengucapkan tasbih, “Subhaanallah”. Segera ku tundukkan pandangan setelah sadar bahwa yang ku lakukan adalah tingkah yang bodoh. “Astagfirullaah. Ya Allah aku berlindung dari godaan syetan”. Tak bisa dipungkiri bahwa dialah sosok yang ku kagumi selama ini, adik seorang ustadz yang pernah membimbingku, Khaerul Umam, M.Pd.I., yang bernama Syarif Muttaqin. Mahasiswa Universitas Subang (UNSUB) sekaligus STAI Al-Jawami Bandung. Aku jadi salting.
“Ayo kita langsung berangkat.”
“Iya paman.”
Sosok ikhwan ini duduk di depan samping paman yang santai di balik kendali mobil. Aku tidak mengerti kenapa dia ikut ke Bandung. Apakah ada keperluan atau mau menjemputku. Oops, kenapa jadi GR ya?
“Kata Umi, paman mau lihat asrama Dinda.”
“Lain kali saja, kalau sekarang lagi sibuk.”
Tanda tanya besar hinggap di benakku, “Lantas ke Bandung ada keperluan apa? Apa sengaja ingin menjemputku atau ada keperluan lainnya?” Aku hanya memendam tanda tanya besar itu, mungkin lain kali akan ku tanyakan pada paman. Aku melemparkan pandangan pada sosok yang ada di samping paman. Rasanya dari tadi orang ini diam saja. Aku coba mulai dengan melontarkan pertanyaan basa-basi padanya.
“A Syarif mau ke STAI Al-Jawami?”
“Ah enggak cuma jalan-jalan aja. Bagaimana kuliahnya?”
“Alhamdulillah lancar.”
“Baguslah kalau begitu.”
Akhirnya kami ber-3 larut dalam percakapan yang lumayan seru. Alhamdulillah akhirnya tiba di rumah. Aku mencium tangan Umi dan Abi diikuti A Syarif yang berpamitan pulang ke pondok. Aku mengantarnya sampai pintu. Ia mengendarai Vixion Ungu. Banyak sekali yang ingin aku tanyakan padanya mengapa dia ikut mengapa ini mengapa itu, namun tiba-tiba saja daftar pertanyaan itu buyar ketika Umi memanggilku.
“Nadya…!”, panggil Umi.
“Sebelum kamu istirahat, Umi mau bicara serius.”
“Ada apa Umi?”
“Yuk…ke ruang tamu.”
Abi sedang duduk sambil bertasbih. Aku duduk di sofa abu-abu.
“Umi dan Abi tidak ingin membebanimu”, Umi memulai pembicaraan.
“Perlu Dinda ketahui bahwa perusahaanAbi kini tengah bangkrut.”
“Innalillaah...ini cobaan Umi. Allah Mahakaya. Pasti ada hikmah di balik setiap peristiwa”, aku menenangkan suasana. Sementara Abi masih asyik dengan tasbihnya.
“Umi senang dengan jawabanmu. Kamu sudah dewasa sekarang. Setelah perusahaan bangkrut, otomatis kami tidak punya apa-apa lagi untuk membiayai kuliah Nadya. Maka dari itu, maukah Nadya menerima saran Umi?”
“Apa itu Umi?”, tanyaku penasaran.
“Menikahlah, Nak!”
Gubraaaaakkkkkkkkk. Seperti petir menyambar yang masuk ke dalam telingaku. “Ada seorang ikhwan yang sengaja datang ke rumah beberapa hari yang lalu. Ia datang meminangmu langsung meminta kepada Umi dan Abi.”
“Tapi Umi…”
Umi harap kamu tidak menolak, undangan sudah disebar. Resepsinya akan segera diselenggarakan esok hari.
Bruuukkkkkk. Ku lemparkan badan ke punggung sofa. Ada kehangatan yang mengalir dari sudut mataku. Abi diam saja. Aku tidak mengerti kenapa di zaman sekarang Undang-undang Siti Nurbaya masih berlaku.
“Umi menunggu jawabanmu nanti malam. Sekarang Nadya istirahat saja dulu.”
Aku lari menuju kamar. Sejadi-jadinya ku keluarkan air mata. Terlintas untuk kabur dari rumah tapi tidak mungkin. Kalau aku menolak, maka yang malu adalah orangtuaku. Itu artinya, aku adalah anak yang durhaka. Detik-detik hingga jam ku lewati dengan berfikir tentang keputusan yang harus kuambil.
“Ya Allah apa yang harus aku lakukan?”, curhatku kepada Allah.
Mau tidak mau aku harus taat pada Umi dan Abi. Ya, aku terima tawaran Umi. Namun, siapa yang akan menjadi mempelai pria? Bagaimana dengan perasaanku kepada A Syarif? Apakah dia tau kalau aku kan menikah besok? Apakah dia punya perasaan yang sama denganku?
Esoknya, sesudah shalat subuh aku temui Umi.
“Umi, Nadya mau menikah hari ini.”
Umi langsung memeluk tubuhku. Kami larut dalam tangis antara bahagia dan sedih. “Terima kasih sayang, sekarang Nadya siap-siap ya, nanti ada yang akan mendandani.”
“Iya Umi”, aku paksakan untuk tersenyum di depannya. Aku tak sampai hati jika menolak permintaannya.
Tamu undangan sudah memenuhi ruangan. Aku dituntun Umi keluar kamar karena acara ijab kabul akan segera dimulai. “Lucu banget sich, mau nikah tapi gak tahu calonnya. Semoga A Syarif gak hadir”, batinku kembali konflik. Saat keluar kamar, aku hanya menunduk sampai duduk di samping ikhwan yang akan menikahiku hari ini.
“Bismillaahirrahmaanirrahiim”, perlahan ku tegakkan kepalaku melihat Abi sebagai wali. Penghulu tengah hadir beserta saksi-saksi.
“Nadya”, calon suamiku memanggil.
“Iya”, sedikit ragu ku menoleh ke sebelah kanan. Dag dig dug jantungku tidak karuan. Tangan berkeringat dingin, gemetar.
“Ya Allah”, aku terkejut lalu menundukkan pandangan. Ternyata…dia adalah A Syarif Muttaqin. Tak tergambar bagaimana senangnya hatiku. Ya Rabb, inilah hikmah di balik peristiwa.
Ijab-kabul diselenggarakan dengan khidmat. “Sah…sah”, demikian penuturan pamanku yang menjadi salah satu saksi dan diikuti saksi-saksi lainnya.
Nikah muda sangat indah. Bercinta mesra dengan pujaan hati. Subhaanallaah, ridlai mahligai rumah tangga kami. Semoga sakinah mawaddah warahmah. Aamiin.



[1] Bahasa Arab dari kamar mandi
[2] teman nasi
[3] Salam, gimana adikku sehat?
[4] Adikku
[5] Wa’alaikumsalam Alhamdulillah sehat. Gimana A Umam sekeluarga sehat?
[6] Alhamdulillah A Umam sekeluarga sehat.
[7] Syukur, kalau semuanya sehat.

Psikologi Humanistik

Abraham Maslow


Sejarah
Psikologi Humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme seta dipandang sebagai ”kekuatan ketiga” dalam aliran psikologi.
Psikoanalisis ”Sigmun Freud” menyatakan bahwa berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Psikoanalisis berkeyakinan bahwa prilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh kekuatan tak sadar dalam diri. Behaviorisme ”Ivan Pavlov” menyatakan bahwa semua prilaku dikendalikan oleh faktor eksternal dari lingkungan.[1]
Tokoh
Abraham Maslow, lahir pada tanggal 1 April 1908 dan meninggal pada tanggal 8 Juni 1970, yaitu pada umur 62 tahun. Ia adalah teoretikus yang banyak memberi inspirasi dalam teori kepribadian. Ia juga seorang psikolog yang berasal dari Amerika dan menjadi seorang pelopor aliran psikologihumanistik. Ia terkenal dengan teorinya tentang hirarki kebutuhan manusia.
Abraham Harold Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York. Maslow dibesarkan dalam keluarga Yahudi Rusia dengan orang tua yang tidak mengenyam pendidikan tinggi. Pada masa kecilnya, ia dikenal sebagai anak yang kurang berkembang dibanding anak lain sebayanya. Ia mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak Yahudi yang tumbuh dalam lingkungan yang mayoritas dihuni oleh non Yahudi.
Ia merasa terisolasi dan tidak bahagia pada masa itu. Ia bertumbuh di perpustakaan di antara buku-buku. Awalnya ia kuliah hukum, namun pada akhirnya, ia memilih untuk mempelajari psikologi dan lulus dari Universitas Wisconsin. Pada saat kuliah, ia menikah dengan sepupunya yang bernama Bertha pada bulan Desember 1928 dan bertemu dengan mentor utamanya yaitu profesor Harry Harlow. Ia memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan Ph.D. pada 1934. Maslow kemudian memperdalam riset dan studinya di Universitas Columbia dan masih mendalami subjek yang sama. Di sana ia bertemu dengan mentornya yang lain yaitu Alfred Adler, salah satu kolega awal dari Sigmund Freud.
Pada tahun 1937-1951, Maslow memperdalam ilmunya di Brooklyn College. Di New York, ia bertemu dengan dua mentor lainnya yaitu Ruth Benedict seorang antropologis, dan Max Wertheimer seorang Gestalt psikolog, yang ia kagumi secara profesional maupun personal. Kedua orang inilah yang kemudian menjadi perhatian Maslow dalam mendalami perilaku manusia, kesehatan mental, dan potensi manusia. Ia menulis dalam subjek-subjek ini dengan mendalam. Tulisannya banyak meminjam dari gagasan-gagasan psikologi, namun dengan pengembangan yang signifikan. Penambahan tersebut khususnya mencakup hirarki kebutuhan, berbagai macam kebutuhan, aktualisasi diri seseorang, dan puncak dari pengalaman. Maslow menjadi pelopor aliran humanistik psikologi yang terbentuk pada sekitar tahun 1950 hingga 1960-an. Pada masa ini, ia dikenal sebagai "kekuatan ketiga" di samping teori Freud dan behaviorisme.
Maslow menjadi profesor di Universitas Brandeis dari 1951 hingga 1969, dan menjabat ketua departemen psikologi di sana selama 10 tahun. Di sinilah ia bertemu dengan Kurt Goldstein (yang memperkenalkan ide aktualisasi diri kepadanya) dan mulai menulis karya-karyanya sendiri. Di sini ia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik.
Ia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya ia meninggal karena serangan jantung pada 8 Juni 1970. Kemudian, Pada tahun 1967, Asosiasi Humanis Amerika menganugerahkan gelar Humanist of the Year.
Definisi
Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan yang multifaset terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia. Bagi sejumlah ahli psikologi humanistik adalah alternatif, sedangkan bagi sejumlah ahli psikologi yang lainnya merupakan pelengkap bagi penekanan tradisional behaviorisme dan psikoanalisis (Misiak dan Sexton, 2005).
Psikologi humanistik dapat dimengerti dari tiga ciri utama, yaitu:
1.    Psikologi humanistik menawarkan satu nilai yang baru sebagai pendekatan untuk memahami sifat dan keadaan manusia.
2.    Psikologi humanistik menawarkan pengetahuan yang luas akan kaidah penyelidikan dalam bidang tingkah laku manusia.
3.    Psikologi humanistik menawarkan metode yang lebih luas akan kaidah-kaidah yang lebih efektif dalam dalam pelaksanaan psikoterapi.
Dalil-dalil
1.    Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-komponen
2.    Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan manusia lainnya
3.    Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan hubungan dengan orang lain
4.    Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya
5.    Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan kreativitas
Humanistik Abraham Maslow memfokuskan pada kebutuhan psikologis tentang potensi yang dimiliki manusia, hasil pemikirannya telah membantu guna memahami tentang motivasi dan aktualisasi diri seseorang. Teori ini didasarkan atas asumsi bahwa dalam diri manusia ada dua hal, yaitu:
1.    Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2.    Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
Menurut Maslow, setiap orang memiliki rasa takut, seperti takut untuk berusaha atau berkembang, takut mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah dimiliki, dan sebagainya. Tetapi hal itu mendorongnya untuk bisa maju ke arah kesempurnaan, kepercayaan diri dan pada saat itu juga dia dapat menerima diri sendiri.
Mengenai kebutuhan manusia, Maslow membaginya menjadi bermacam-macam hierarki.
Kebutuhan Fisiologis
Jenis kebutuhan ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar semua manusia seperti: makan, minum, menghirup udara, dan sebagainya. Termasuk juga kebutuhan untuk istirahat, buang air besar atau kecil, menghindari rasa sakit, dan seks.
Kebutuhan akan Rasa Aman
Ketika kebutuhan fisiologis seseorang telah terpenuhi secara layak, kebutuhan akan rasa aman mulai muncul. Keadaan aman, stabilitas, proteksi, dan keteraturan akan menjadi kebutuhan yang meningkat. Jika tidak terpenuhi, maka akan timbul rasa cemas dan takut sehingga dapat menghambat pemenuhan kebutuhan lainnya.
Kebutuhan akan Rasa Kasih Sayang
Ketika seseorang merasa bahwa kedua jenis kebutuhan di atas terpenuhi, maka akan mulai timbul kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki. Hal ini dapat terlihat dalam usaha seseorang untuk mencari dan mendapatkan teman, kekasih, anak, atau bahkan keinginan untuk menjadi bagian dari suatu komunitas tertentu seperti tim sepakbola, klub peminatan, dan seterusnya. Jika tidak terpenuhi, maka perasaan kesepian akan timbul.
Kebutuhan akan Harga Diri
Kemudian, setelah ketiga kebutuhan di atas terpenuhi, akan timbul kebutuhan akan harga diri. Menurut Maslow, terdapat dua jenis, yaitu lower one dan higher one. Lower one berkaitan dengan kebutuhan seperti status, atensi, dan reputasi. Sedangkan higher one berkaitan dengan kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, prestasi, kemandirian, dan kebebasan. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, maka dapat timbul perasaan rendah diri dan inferior.
Kebutuhan akan Aktualisasi Diri
Kebutuhan terakhir menurut hirarki kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan aktualisasi diri. Jenis kebutuhan ini berkaitan erat dengan keinginan untuk mewujudkan dan mengembangkan potensi diri. Ahli psikologi humanistik, mencoba untuk membuka diri, seakan-akan diri selalu berada di bawah apa yang tampak. Integritas diri dipertahankan secara mandiri dalam hubungan sosial.[2]
Kelemahan
Kelemahan psikologi humanistik terletak pada visi tentang manusia yang bercorak pelagianistik. Rasa bangga dan kepercayaan diri yang dikembangkan dalam psikologi humanistik menaruh harapan pada kekuatan manusia sendiri. Ironisnya, hal itu sering membuat manusia merasa hampa karena manusia tidak mungkin menyelamatkan dirinya sendiri.[3]
Beberapa pengritik menilai bahwa spikologi humanistik merupakan pengganti agama yang bersifat sekuler dari pada suatu psikologi ilmiah. Orang-orang lain berpendapat bahwa sumbangan para humanis untuk dasar-dasar empiris psikologi tidak sepadan dengan tulisan-tulisan mereka yang spekulatif. Beberapa psikolog menuduh para humanis menerima sebagai kebenaran atas hal yang masih bersifat hipotetik, mencampurkan teori dengan ideologi menggabungkan retorik dengan penelitian. Terlepas dari kritik-kritik yang ditujukan pada psikologi yang dipertahankan Maslow, ada sejumlah besar psikolog yang tertarik pada segi pandangan ini karena ia berusaha menggumuli persoalan-persoalan manusia yang sangat penting dan kontemporer.[4]
 Perkembangan
Perkembangan psikologi humanistik tidak lepas dari pandangan psikologi holistik dan humanistik. Perkembangan aliran-aliran behaviorisme dan psikoanalisis yang sangat pesat di Amerika Serikat ternyata merisaukan beberapa pakar psikologi di negara itu. Mereka melihat bahwa kedua aliran itu memandang manusia tidak lebih dari kumpulan refleks dan kumpulan naluri saja.
Mereka juga menganggap kedua aliran itu memandang manusia sebagai makhluk yang sudah ditentukan nasibnya, yaitu oleh stimulus atau oleh alam ketidaksadaran manusia. Dan yang tidak kalah penting, mereka berkesimpulan bahwa kedua aliran itu menganggap manusia sebagai robot atau sebagai makhluk yang pesimistik dan penuh masalah.


[1] Kompasiana, 2010, Psikologi Humanistik, (sumber: http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/01/psikologi-humanistik/), diakses pada tanggal 27 Oktober 2012.
[2] Dennis Fox dan Isaac Prilleltensky, Psikologi Kritis, (Mizan), hal. 310.
[3] Albertus Sujoko, Identitas Yesus & Misteri Manusia: Ulasan Tema-tema Teologi Moral Fundamental, (Yogyakarta: Kanisius, 2009), hal. 403.

[4] Calvin S Hall dan Gardner Lindzey, Theories of Personality “Psikologi Kepribadian 2: Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologi”)”, (Yogyakarta: Kanisius, 2010), hal. 118.